Monday, December 19, 2011

Iman Ilmu Amal

Dalam mengarungi bahtera kehidupan, manusia selalu harus berpegang kepada sesuatu yang benar (haq) serta meyakini kebenaran tersebut secara lisan dan batin (dalam hati). Keyakinan tersebut kita kenal dengan IMAN. Tanpa suatu keimanan manusia akan mudah terombang-ambing bahkan hancur dihempas gelombang.

Namun Iman tidak berdiri sendiri, harus disertai dengan ILMU, suatu upaya pendalaman keimanan yang dapat diambil dari ajaran tertulis, pengalaman, dan kesengajaan pencarian (seeking). Hal ini tidak hanya mengenai religi (keagamaan), tetapi juga terhadap apa-apa yang menjadi prinsip hidup.

 
Aktualisasi dari Iman yang disertai Ilmu adalah AMAL. Suatu tindakan dalam mentranformasi nilai-nilai yang berdasarkan ilmu atau pengetahuan yang manusia dapatkan, dengan mengutamakan kebenaran tadi. Ini berbicara soal HATI.

Rangkaian Iman-Ilmu-Amal akan menjadi sulit jika dilepaskan satu dengan lainnya, ataupun diputar balikkan urutannya. Hanya memiliki Iman, berarti menyia-nyiakan Iman itu sendiri. Tidak akan terjadi penguatan argumentasi terhadap apa yang kita yakini, yang pada akhirnya keimanan itu akan hilang dengan sendirinya.

Hanya memiliki Ilmu akan lebih buruk daripada hanya memiliki Iman. Segala Ilmu yang didapat tidak akan mampu membenarkan sesuatu. Ilmu akan menjadi sekedar slogan, titel, ataupun rambu lalu lintas.

Amal jelas tidak dapat dikatakan sebagai amal jika ia berdiri sendiri, mungkin hanya sekedar ‘pekerjaan’ atau ‘tindakan’. Amal seharusnya berujung pada suatu yang kita yakini, terbentuk dari nilai-nilai yang paling mendasar, serta dilakukan dalam keadaan sadar.

Sekarang, sudahkah kita mempunyai suatu keimanan yang kerap dimantapkan oleh Ilmu dan senantiasa diamalkan? Atau kita sudah merasa puas dengan keimanan kita yang didukung oleh lmu yang terbatas dan cenderung tidak berguna karena tidak pernah kita amalkan? Sekali lagi, ini bicara soal HATI. Keyakinan dan Niat.

Bon courage et Wassalam...

No comments:

Post a Comment